Sugeng Rawuh
Sugeng Rawuh
Kita makan untuk hidup
Bukan hidup untuk makan
Selasa, 03 Agustus 2010
Adzan
Adzan merupakan panggilan bagi umat islam untuk memberitahukan masuknya waktu sholat fardu. Dikumandangkan oleh seorang Muadzin setiap sholat 5 waktu.
Sejarah Adzan :
Adzan mulai disyariatkan pada tahun ke2 Hijriah. Mulanya, suatu hari Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat utk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu masuknya waktu salat & mengajak orang ramai agar berkumpul ke masjid utk melakukan salat berjamaah. Di dlm musyawarah itu ada beberapa usulan. Ada yg mengusulkan supaya dikibarkan bendera sbg tanda waktu salat telah masuk. Ada juga yg mengusulkan supaya ditiup terompet seperti yg dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada yg mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yg biasa dilakukan orang Nasrani. Ada seorang sahabat yg menyarankan bahwa manakala waktu sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yg tinggi dimana orang2 bisa dgn mudah melihat ketempat itu, & setidak2nya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat jauh. Semua usulan yg diajukan itu ditolak oleh Nabi, tetapi beliau menukar lafal itu dgn assalatu jami’ah (marilah salat berjamaah). Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab jikalau ditunjuk seseorang yg bertindak sbg pemanggil kaum Muslim utk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. Kemudian saran ini bisa diterima oleh semua orang & Nabi Muhammad SAW juga menyetujuinya.
Lafal adzan tersebut diperoleh dari hadits tentang asal muasal adzan & iqamah:
Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid berkata sbg berikut: "Ketika cara memanggil kaum muslimin utk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dlm tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu & bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya utk menjual kepadaku saja. Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa? Aku menjawabnya, "Bahwa dgn membunyikan lonceng itu, kami dpt memanggil kaum muslim utk menunaikan sholat." Orang itu berkata lagi, "Maukah kau kuajari cara yg lebih baik?" Dan aku menjawab "Ya!" Lalu dia berkata lagi & kali ini dgn suara yg amat lantang:
* Allahu Akbar Allahu Akbar
* Asyhadu alla ilaha illallah
* Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
* Hayya 'alash sholah (2 kali)
* Hayya 'alal falah (2 kali)
* Allahu Akbar Allahu Akbar
* La ilaha illallah
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad SAW, & menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi Muhammad. SAW, berkata, "Itu mimpi yg sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal bin Rabah & ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu & dia memiliki suara yg amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal." Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar ia juga menceritakannya kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah lelaki yg membawa lonceng itu melafalkan adzan, dia diam sejenak, lalu berkata: "Kau katakan jika shalat akan didirikan:
* Allahu Akbar, Allahu Akbar
* Asyhadu alla ilaha illallah
* Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
* Hayya 'alash sholah
* Hayya 'alal falah
* Qod qomatish sholah (2 kali), artinya "Shalat akan didirikan"
* Allahu Akbar, Allahu Akbar
* La ilaha illallah
Begitu subuh, aku mendatangi Rasulullah SAW kemudian kuberitahu beliau apa yg kumimpikan. Beliaupun bersabda: "Sesungguhnya itu adlh mimpi yg benar, insya Allah. Bangkitlah bersama Bilal & ajarkanlah kepadanya apa yg kau mimpikan agar diadzankannya (diserukannya), karena sesungguhnya suaranya lebih lantang darimu." Ia berkata: Maka aku bangkit bersama Bilal, lalu aku ajarkan kepadanya & dia yg berazan. Ia berkata: Hal tersebut terdengar oleh Umar bin al-Khaththab ketika dia berada di rumahnya. Kemudian dia keluar dgn selendangnya yg menjuntai. Dia berkata: "Demi Dzat yg telah mengutusmu dgn benar, sungguh aku telah memimpikan apa yg dimimpikannya." Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Maka bagi Allah-lah segala puji."
:HR Abu Dawud (499), at-Tirmidzi (189) secara ringkas tanpa cerita Abdullah bin Zaid tntg mimpinya, al-Bukhari dlm ''Khalq Af'al al-Ibad'', ad-Darimi (1187), Ibnu Majah (706), Ibnu Jarud, ad-Daruquthni, al-Baihaqi, & Ahmad. At-Tirmidzi berkata: "Ini hadits hasan shahih". Juga dishahihkan oleh jamaah imam ahli hadits, seperti al-Bukhari, adz-Dzahabi, an-Nawawi, & yg lainnya. Demikian diutarakan Muhammad Nashiruddin Al-Albani dlm al-Irwa (246), Shahih Abu Dawud (512), & Takhrij al-Misykah (I: 650).
Adab melaksanakan azan menurut jumhur ulama :
# muazin hendaknya tak menerima upah dlm melakukan tugasnya
# muazin harus suci dari hadas besar, kecil, & najis
# muazin menghadap ke arah kiblat ketika mengumandangkan azan
# ketika membaca hayya ‘ala as-salah muazin menghadapkan muka & dadanya ke sebelah kanan & ketika membaca hayya ‘ala al-falah menghadapkan muka & dadanya ke sebelah kiri
# muazin memasukkan 2 anak jarinya ke dlm ke2 telinganya;
# suara muazin hendaknya nyaring
# muazin tdk boleh berbicara ketika mengumandangkan azan
# orang2 yg mendengar azan hendaklah menyahutnya secara perlahan dgn lafal2 yg diucapkan oleh muazin, kecuali pada kalimat hayya ‘ala as-salah & hayya ‘ala al-falah yang keduanya disahut dengan la haula wa la quwwata illa bi Allah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah)
# setelah selesai azan, muazin & yg mendengar azan hendaklah berdoa: Allahumma rabba hazihi ad-da’wah at-tammah wa as-salati al-qa’imah, ati Muhammadan al-wasilah wa al-fadilah wab’ashu maqaman mahmuda allazi wa’adtahu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar